IMHO, para peneliti ini perlu didorong, difasilitasi, sedikit direkayasa agar 'berkelompok' dan berkomunikasi satu sama lain lebih intensif. Himpunan profesi keilmuan mungkin dapat dimanfaatkan untuk ini. Mekanisme peneliti 'magang' kepada yang lebih 'senior' dalam kaitan jaringan kerja - terutama dengan industri - juga mungkin dapat diupayakan?
Reward finansial otomatis akan datang sejalan dengan peningkatan mutu dan relevansi hasil penelitian bukan? Pemerintah sediakan infrastrukturnya aja (lab, aturan main, dan pendidikan memadai bagi SDM peneliti). Selanjutnya, para doktor n profesor ini - secara berkelompok sesuai bidang ilmu mereka - sudah sepantasnya dan selayaknya, cukup cerdas dan kreatif mencari peluang kerjasama dgn industri. Kalau ngga bisa, artinya ya mereka "unqualified" utk jadi peneliti hehehe....
Di FB saya, tertulis "Peneliti dan politisi punya kesamaan. Sulit sepakat sesama mereka dan sama-sama merasa 'menang' kalau berhasil mengungkap 'kesalahan' sesama." :-) Para peneliti di riset universitas yg sedang saya kunjungi (sekitar 4500 mahasiswa dan 1200 orang di antaranya adalah PhD students hehehe....) mengakui bahwa peneliti itu susah kompak. Managing professors is like herding cats....:-)
Pusat riset Jerman yg tahun lalu saya kunjungi juga sumber dananya dari hasil penelitian/inovasi mereka yang kemudian mendatangkan uang dr industri (termasuk banyak industri kelapa sawit swasta Indonesia hehehe.....). Mereka ngga digaji kalo ngga dapet duit dr industri :-)
Dipaksa Pak....pake paksaan sedikit biasanya malah 'survive' hehehe....(untung aku bukan peneliti hehehehe.....)
Saya suka cara berpikir akademisi seperti ini :D
Suka bicara upaya mengantisipasi masa depan.
Tapi bagaimana mengantisipasi masa depan ya kalo realita persoalan dan kebutuhan saat inipun belum dipahami ?
Kiki Yuliati - 12 years ago
Banyak dari peneliti (termasuk saya) merasa penelitian yang kami lakukan itu akan bermanfaat. Setelah melalui serangkaian proses riset, termasuk scaling-up, ternyata industri sudah jauh lebih dari itu teknologinya. Artinya, banyak peneliti yang masih 'gelap' tentang kebutuhan teknologi yang nyata dari suatu industri. Ketika dilakukan dialog dengan industri, kerap industri juga belum mampu secara gamblang mengartikulasikan kebutuhan teknologinya. Mereka merasa sudah 'baik-baik' saja selama ini.
Satu hal yang mungkin perlu dilakukan adalah membuat para peneliti ini sedemikian mumpuni (didukung oleh sarana dan renumerasi yang layak) agar mampu mengembangkan 'anticipated technology' karena research is basically developing the things before you have to do it :-) Peneliti perlu memahami kebutuhan 'pasar' industri sekaligus mengantisipasi kebutuhan dari 'penciptaan' pasar masa depan dari suatu industri.
Leave a Comment
Give others the chance to vote.
Share this poll, because the more votes the better.
IMHO, para peneliti ini perlu didorong, difasilitasi, sedikit direkayasa agar 'berkelompok' dan berkomunikasi satu sama lain lebih intensif. Himpunan profesi keilmuan mungkin dapat dimanfaatkan untuk ini. Mekanisme peneliti 'magang' kepada yang lebih 'senior' dalam kaitan jaringan kerja - terutama dengan industri - juga mungkin dapat diupayakan?
Reward finansial otomatis akan datang sejalan dengan peningkatan mutu dan relevansi hasil penelitian bukan? Pemerintah sediakan infrastrukturnya aja (lab, aturan main, dan pendidikan memadai bagi SDM peneliti). Selanjutnya, para doktor n profesor ini - secara berkelompok sesuai bidang ilmu mereka - sudah sepantasnya dan selayaknya, cukup cerdas dan kreatif mencari peluang kerjasama dgn industri. Kalau ngga bisa, artinya ya mereka "unqualified" utk jadi peneliti hehehe....
Di FB saya, tertulis "Peneliti dan politisi punya kesamaan. Sulit sepakat sesama mereka dan sama-sama merasa 'menang' kalau berhasil mengungkap 'kesalahan' sesama." :-) Para peneliti di riset universitas yg sedang saya kunjungi (sekitar 4500 mahasiswa dan 1200 orang di antaranya adalah PhD students hehehe....) mengakui bahwa peneliti itu susah kompak. Managing professors is like herding cats....:-)
Pusat riset Jerman yg tahun lalu saya kunjungi juga sumber dananya dari hasil penelitian/inovasi mereka yang kemudian mendatangkan uang dr industri (termasuk banyak industri kelapa sawit swasta Indonesia hehehe.....). Mereka ngga digaji kalo ngga dapet duit dr industri :-)
Dipaksa Pak....pake paksaan sedikit biasanya malah 'survive' hehehe....(untung aku bukan peneliti hehehehe.....)
Saya suka cara berpikir akademisi seperti ini :D
Suka bicara upaya mengantisipasi masa depan.
Tapi bagaimana mengantisipasi masa depan ya kalo realita persoalan dan kebutuhan saat inipun belum dipahami ?
Banyak dari peneliti (termasuk saya) merasa penelitian yang kami lakukan itu akan bermanfaat. Setelah melalui serangkaian proses riset, termasuk scaling-up, ternyata industri sudah jauh lebih dari itu teknologinya. Artinya, banyak peneliti yang masih 'gelap' tentang kebutuhan teknologi yang nyata dari suatu industri. Ketika dilakukan dialog dengan industri, kerap industri juga belum mampu secara gamblang mengartikulasikan kebutuhan teknologinya. Mereka merasa sudah 'baik-baik' saja selama ini.
Satu hal yang mungkin perlu dilakukan adalah membuat para peneliti ini sedemikian mumpuni (didukung oleh sarana dan renumerasi yang layak) agar mampu mengembangkan 'anticipated technology' karena research is basically developing the things before you have to do it :-) Peneliti perlu memahami kebutuhan 'pasar' industri sekaligus mengantisipasi kebutuhan dari 'penciptaan' pasar masa depan dari suatu industri.